Powered by Blogger.

Saturday 14 November 2015

Saatnya Indonesia Mandiri Dalam Teknologi Satelit

Saturday, November 14, 2015
Saat ini pemerintah melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengeluarkan wacana untuk membuat satelit penginderaan jauh pada tahun 2019 mendatang. Biaya yang diperlukan mencapai Rp 4,5 triliun demi membangun satelit nasional multi-guna. Lantas hal apa yang menyebabkan pembangunan satelit nasional menjadi begitu penting?

Banyak negara maju maupun berkembang yang sudah menggunakan satelit pemantau bumi yang digunakan untuk berbagai bidang. Satelit diginakan sebagai media remote sensing atau penginderaan jarak jauh kondisi bumi, baik itu penginderaan cuaca, agraria, maritim, maupun kebencanaan nasional. Metode penginderaan jarak jauh mutlak digunakan untuk pengambilan data-data strategis secara cepat untuk kepentingan nasional.

Memang untuk satelit telekomunikasi, indonesia sudah memiliki satelit sendiri hasil pembelian dari asing oleh Bank Rakyat Indonesia. Namun saat ini Indonesia masih mengandalkan data dari satelit milik asing untuk memperoleh berbagai data kondisi bumi seperti data parameter cuaca, titik api, maupun pemantauan kondisi hutan.

Dalam bidang cuaca dan iklim, saat ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih menggunakan citra satelit negara lain seperti MTSAT yang merupakan satelit milik Japan Meteorological Agency (Badan Meteorologi Jepang). Data tersebut terdiri dari beberapa kanal citra satelit yang merepresentasikan hasil penginderaan jarak jauh parameter cuaca seperti tekanan udara, suhu, angin, maupun awan untuk kemudian dianalisia menjadi prakiraan cuaca. Dengan adanya satelit nasional, tentunya proses pengambilan citra satelit bisa disesuaikan dengan kondisi cuaca Indonesia yang sangat dinamis dan berubah setiap saat secara signifikan. Sehingga nantinya BMKG dapat memberikan kualitas data cuaca yang semakin bagus dan proses peringatan bahaya cuaca seperti angin kencang, puting beliung, maupun badai secara cepat kepada masyarakat dengan bantuan penginderaan jarak jauh dari satelit tersebut.

Selain bidang cuaca dan iklim, penginderaan jarak jauh untuk kebencanaan seperti kebakaran hutan masih megandalkan satelit milik NOAA Amerika Serikat seperti satelit TERRA, AQUA, dan SUOMI untuk memperoleh data titik api di beberapa lokasi di indonesia. Namun data yang dihasilkan tidak diperoleh setiap saat karena data titik api hanya dapat diperoleh apabila satelit-satelit tersebut melintasi wilayah Indonesia dalam orbitnya. Tentunya dengan satelit sendiri, kita dapat memperoleh data yang lebih baik karena satelit tersebut tidak dioperasikan untuk skala global, tetapi kusus untuk kepentingan nasional.

Dengan pengoperasian satelit nasional, maka program kemaritiman pemerintah akan ditunjang dengan penginderaan jarak jauh. Apabila teknologi satelit kita mengadopsi beberapa teknologi yang sudah di tanam pada satelit asing maka Indonesia akan lbih maksimum dalam menjalankan program kemaritiman. Contohnya adalah satelit NOAA yang dapat mendeteksi keberadaan pythoplankton di lautan yang menandai keberadaan koloni ikan, selain itu apabila satelit dilengkapi Automatic Identification System/ AIS maka satelit dapat memantau keberadaan kapal-kapal dalam perairan indonesia.

Dari sudut pandang teknis sendiri, Indonesia sudah berpengalaman dalam bidang roket dan satelit kecil melalui LAPAN. Pemerintah melalui BMKG juga sudah memiliki beberapa Ground Station Satellite atau stasiun penerima data satelit di bebera wilayah seperti Pekanbaru dan Balikpapan yang biasa digunakan untuk menerima data cuaca dan kebencanaan dari satelit Amerika Serikat.


Berdasarkan kepentingan dalam bidang- bidang tersebut, sudah saatnya untuk mewujudkan satelit nasional multiguna untuk mendukung kemajuan nasional sekaligus mewujudkan kemandirian dalam teknologi satelit. Untuk mewujudkan satelit nasional, lembaga-lembaga pemerintah seperti LAPAN, BPPT, BMKG, dan berbagai lembaga terkait harus bersinergi terkait teknis pelaksanaan satelit nasional ini.

0 comments:

Post a Comment